KPTA Surabaya Bersilaturahmi ke Pondok Modern Gontor Darussalam Ponorogo
KPTA Surabaya Bersilaturahmi ke Pondok Modern Gontor Darussalam Ponorogo
Tanggal Rilis Berita : 15 Juli 2025, Pukul 10:50 WIB, Telah dilihat 50 Kali

PONOROGO — Ketua Pengadilan Tinggi Agama (KPTA) Surabaya, Dr. H. Zulkarnain, S.H., M.H., melakukan kunjungan silaturahmi ke Pondok Modern Gontor Darussalam, Selasa (15/7/2025). Dalam kunjungan tersebut, KPTA didampingi Sekretaris PTA, para Ketua, Panitera, dan Sekretaris Pengadilan Agama se-wilayah Keresidenan Madiun. Audiensi diterima langsung oleh Pimpinan Pondok Gontor, K.H. Akrim Mariyat, bersama jajaran pimpinan pesantren. Kegiatan berlangsung hangat dalam suasana penuh kekeluargaan dan semangat ukhuwah.

image host

Dalam sambutannya, K.H. Akrim menyampaikan bahwa masyarakatlah yang menyebut Gontor sebagai pesantren modern. "Awalnya orang-orang menganggap Gontor nyeleneh, tapi itulah proses menjadi berbeda dan maju," ungkap beliau. Menurutnya, kemodernan Gontor tercermin dari sikap visioner, evaluatif, dan terus bergerak maju. "Modern itu menyesuaikan keadaan, tapi tetap dalam koridor nilai-nilai Islam," tegasnya.

Baca juga: KPTA Surabaya Lakukan Kunjungan Kerja dan Pembinaan ke PA Kab. Malang & PA Kota Malang

Lebih lanjut, Kiai Akrim menjelaskan bahwa sejak tahun 1926, Gontor telah menerapkan pembelajaran bahasa Arab dan Inggris. Beliau juga menyinggung inovasi sistem wakaf pesantren yang dimulai sejak 1928. “Trimurti dalam Gontor bukan Brahma, Wisnu, dan Siwa, tapi tiga tokoh pendiri utama pesantren,” ucapnya sambil menjelaskan akar filosofi Gontor. Ia juga menyinggung pentingnya mencetak ulama intelek sebagai cita-cita pendidikan pondok.

image host

Dr. Zulkarnain dalam audiensi menyampaikan harapannya agar sinergi dengan Gontor bisa memperkuat integritas dan spiritualitas aparat peradilan. "Kami bersilaturahmi untuk memperkenalkan diri dan menggagas kerja sama penguatan ilmu agama serta bahasa Arab bagi para hakim," ujarnya. Ia mengusulkan program kursus singkat di Gontor selama tiga hari, tujuh hari, atau bahkan empat puluh hari. Pimpinan pondok menyambut baik usulan tersebut dan menegaskan bahwa seluruh aktivitas di Gontor, termasuk dapur, kebersihan, hingga pelayanan, adalah bagian dari kurikulum pendidikan karakter santri. [Ibnu AR]

Belum ada komentar, jadilah yang pertama Komentar !