Ketua PTA Surabaya Bongkar Rahasia Jadi Pengadilan Agama yang “WOW” di PA Ponorogo
Ketua PTA Surabaya Bongkar Rahasia Jadi Pengadilan Agama yang “WOW” di PA Ponorogo
Tanggal Rilis Berita : 16 Juli 2025, Pukul 18:09 WIB, Telah dilihat 1 Kali
Satuan Kerja : Pengadilan Agama Ponorogo

Ketua PTA Surabaya Bongkar Rahasia
Jadi Pengadilan Agama yang “WOW” di PA Ponorogo

Ponorogo – Ketua Pengadilan Tinggi Agama (PTA) Surabaya, Dr. H. Zulkarnain, S.H., M.H., memberikan pembinaan inspiratif kepada jajaran hakim dan pegawai Pengadilan Agama Ponorogo pada Selasa sore, 15 Juli 2025. Bertempat di aula utama PA Ponorogo, beliau menyampaikan berbagai strategi dan semangat perubahan dalam mewujudkan pengadilan yang unggul. Dalam arahannya, Zulkarnain menekankan pentingnya peran setiap individu untuk mendukung program dan visi pimpinan. “Jangan jadi hakim garis, tapi bantu pimpinan capai prestasi,” tegasnya di hadapan peserta pembinaan.

 

Dalam kesempatan tersebut, Zulkarnain memotivasi seluruh hadirin untuk memiliki mimpi besar dalam bekerja. Menurutnya, mimpi harus diucapkan agar menjadi komitmen, lalu diwujudkan dalam tindakan nyata. “Kalau sudah menjadi aksi, maka mimpi akan berubah jadi kenyataan,” ucapnya lantang. Ia menambahkan bahwa gairah kerja akan tumbuh dari mimpi yang kuat, terlebih dengan adanya program PTA Surabaya Award yang menilai tujuh kriteria menuju pengadilan yang "Wow".

 

Tujuh kriteria tersebut mencakup aspek unggul, anggun, asri, modern, berkelas dunia, inklusif, dan tangguh. Untuk menjadi pengadilan unggul, kata dia, setiap elemen harus mencetak prestasi dan meraih penghargaan. Sedangkan pengadilan anggun harus menghilangkan kesan angker dengan menerapkan budaya 6S: sapa, salam, senyum, sopan, santun, dan sedekah. “Jangan jadikan pengadilan seperti kuburan, buatlah hidup dan ramah,” sindirnya.

 

Zulkarnain juga menyoroti pentingnya transformasi digital, ruang inklusif bagi penyandang disabilitas, serta kebersihan dan keindahan lingkungan kerja. Ia mendorong PA Ponorogo untuk menyediakan guiding block, kursi roda, buku braille, hingga layanan bahasa isyarat agar semakin ramah bagi semua pihak. Menurutnya, pengadilan tangguh adalah yang bebas dari pengaduan, terutama pengaduan dari internal sendiri. “Kalau tidak solid, maka ketangguhan akan runtuh — jadilah orang dalam, bukan orang luar,” pungkasnya. [Ibnu AR]