img-logo img-logo
PENGADILAN AGAMA SITUBONDO IKUTI PEMBINAAN PERTOLONGAN PERTAMA LUKA PSIKOLOGIS
PENGADILAN AGAMA SITUBONDO IKUTI PEMBINAAN PERTOLONGAN PERTAMA LUKA PSIKOLOGIS
Tanggal Rilis Berita : 19 November 2025, Pukul 17:51 WIB, Telah dilihat 3 Kali
Satuan Kerja : Pengadilan Agama Situbondo

Selasa, 18 November 2025, Pegawai Pengadilan Agama Situbondo, Rudy Kardiyanto, S.H., mengikuti Webinar Orientasi Pertolongan Pertama pada Luka Psikologis (P3LP) di Tempat Kerja. Kegiatan ini diselenggarakan secara daring dan dipusatkan di ruang jurusita Pengadilan Agama Situbondo. Webinar tersebut bertujuan meningkatkan pemahaman ASN dalam menangani kondisi psikologis darurat yang dapat terjadi di lingkungan kerja. Narasumber Fifi Pramudika memaparkan materi secara runtut dan mudah dipahami oleh seluruh peserta. Ia menyampaikan bahwa penanganan luka psikologis harus dilakukan dengan ketenangan dan empati. “Kita harus peka terhadap kondisi rekan kerja yang sedang tertekan,” ujar Fifi Pramudika.

Whats-App-Image-2025-11-19-at-17-34-54

Materi yang disampaikan berfokus pada pentingnya tindakan cepat dan tepat saat menghadapi rekan kerja yang mengalami tekanan emosional. Narasumber menjelaskan bahwa P3LP merupakan langkah awal untuk mencegah gangguan psikologis berkembang menjadi lebih serius. Fifi menekankan bahwa keterampilan ini bukan hanya untuk psikolog profesional, tetapi juga penting bagi setiap pegawai. Rudy Kardiyanto mengikuti pemaparan tersebut dengan penuh perhatian sebagai bentuk komitmen peningkatan kompetensi diri. Menurut Fifi, dukungan dari rekan kerja dapat menjadi faktor pemulihan yang signifikan. “Kehadiran Anda untuk mendengarkan saja sudah sangat berarti,” tuturnya.

Whats-App-Image-2025-11-19-at-17-37-16

Selain teori, webinar ini juga menekankan pentingnya pencegahan dampak negatif bagi first aider atau pemberi pertolongan pertama. Fifi menjelaskan bahwa para penolong kerap mengalami kelelahan emosional setelah membantu seseorang. Oleh karena itu, dibutuhkan pengetahuan mengenai langkah rawat diri agar kondisi psikologis penolong tetap stabil. Peserta diberikan pemahaman mengenai berbagai bentuk stres yang mungkin muncul setelah pemberian P3LP. Rudy mencatat bahwa hal ini penting untuk menjaga kualitas kerja sehari-hari. “Jangan abaikan perasaan Anda sendiri setelah menolong orang lain,” pesan narasumber.

Materi pada gambar turut dijelaskan secara mendetail oleh narasumber, terutama bagian mengenai kategori rawat diri yang perlu dilakukan. Rawat diri mencakup lima aspek, yaitu fisiologis, perasaan, spiritual, profesional, dan relasi sosial. Setiap aspek memiliki langkah praktis yang bisa diterapkan sebagai rutinitas. Peserta diminta memahami bahwa kondisi mental yang sehat akan mendukung kualitas pelayanan publik. Rudy menilai bahwa informasi tersebut sangat relevan dengan tantangan pekerjaan ASN saat ini. “Rawat diri adalah investasi jangka panjang bagi kesehatan mental,” kata Fifi.