KETUA PA KOTA MADIUN IKUTI JUDICIAL WELLBEING FOR JUDUCIARY
KETUA PA KOTA MADIUN IKUTI JUDICIAL WELLBEING FOR JUDUCIARY
Tanggal Rilis Berita : 23 Agustus 2022, Pukul 15:45 WIB, Telah dilihat 122 Kali
Satuan Kerja : Pengadilan Agama Kodya Madiun

Ketua PA Kota Madiun Hermin Sriwulan, S.H.I., S.H., M.H.I. mengikuti Judicial Well-being For Juduciary pada Selasa (23/8/2022). Acara yang digelar pukul 09.00 WIB ini diselenggarakan oleh IKAHI Cabang Khusus Mahkamah Agung RI yang bekerja sama dengan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan berlangsung secara hybrid. Hadir secara luring jajaran Pimpinan Mahkamah Agung RI dan para Hakim Agung. Turut hadir secara daring Hakim di seluruh Indonesia.

ig22-fbf49ccc-9cd7-4da0-993f-79da2ac66f7f.jpg

Dalam acara ini menghadirkan 2 (dua) Narasumber yaitu: Narasumber 1 Dekan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Dr. Bagus Takwin, M.Hum., Psikolog dan Narasumber 2 Dr. Yudiana Ratna Sari, M.Si., Psikolog yang merupakan Koordinator Peminatan Psikologi Klinis Dewasa.

ig22-2d5f64cb-7195-4ef1-b017-6ab2a6d3f5f7.jpg

Acara diawali dengan Laporan Pimpinan Cabang Khusus IKAHI Syamsul Ma’Arif, S.H., L.L.M., Ph.D. menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari rapat kerja IKAHI yang mengangkat issue kesehatan mental para hakim yang bertujuan agar mendapat manfaat langsung bagi para hakim di Indonesia dengan menggandeng Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Kesejahteraan fisik dan mental hakim sangat penting untuk menjalankan tugasnya dengan baik dalam melaksanakan fungsi peradilan.

“Pentingnya Yudisial Wellbeing di lingkungan Mahkamah Agung ini demi mengurangi tingkat stress dan tekanan yang dialami hakim sehingga membantu para hakim menjalankan profesinya.”, tutur Pimpinan Cabang Khusus IKAHI.

ig22-0d1ea302-dea7-43eb-b784-a1aa24862c6c.jpg

Kemudian Judicial Wellbeing For Juduciary ini dibuka oleh Ketua IV PP IKAHI Dr. Yodi Martono Wahyunadi, S.H., M.H. dan dilanjutkan langsung oleh Pembicara 1 Dekan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Dr. Bagus Takwin, M.Hum., Psikolog memaparkan terkait pentingnya Wellbeing bagi hakim dan petugas peradilan lainnya harus menjadi prioritas bagi setiap lembaga peradilan karena Pekerjaan hakim menuntut  kemampuan untuk mengatasi beban kerja yang berat secara konsisten dan investasi emosional yang intens serta Pekerjaan peradilan menuntut dan membawa potensi kepuasan dan stress yang besar.

ig22-a5df4a48-997a-464c-87af-8b96270bf9c5.jpg

“Jika Well-being rendah maka kepuasan professional rendah akan terjadi gangguan kesehatan fisik dan emosional. Begitu juga akan berkurangnya kebahagian sehingga kemampuan melakukan tugas secara efektif dapat terganggu dan teralihkan. Efek ini dapat berdampak pada kepercayaan dan keyakinan publik terhadap lembaga peradilan. Sedangkan jika Wellbeing tinggi maka akan tahan terhadap stress, jalani hidup dengan penuh makna, mampu bina hubungan, mengembangkan lingkungan sosial dan tahan terhadap penyakit fisik maupun mental ”, tegas Dr. Bagus Takwin, M.Hum., Psikolog.

Dekan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini menjelaskan bahwa Judicial well-being berdampak pada kinerja dan kualitas pengambilan keputusan yudisial. Ada hubungan antara judicial well-being dan kepekaan hakim terhadap bias. Usaha mempromosikan judicial well-being dan meningkatkan kesadaran tentang hubungan antara judicial wellbeing dan integritas peradilan. Kemudian beliau memaparkan langkah-langkah membangun dan menjaga Judicial well-being.

ig22-72650dcb-a2c2-4b19-ac1d-5925a1450924.jpg
ig22-93970670-8c1f-4e7c-a077-f82441449463.jpg

Dilanjutkan oleh Pembicara 2 Dr. Yudiana Ratna Sari, M.Si., Psikolog. menyampaikan mengenali datangnya stres melalui diagram stress positif dan negatif. Kemudian memaparkan data hasil survey IKAHI dengan rata-rata usia 42,3 Tahun, masa kerja 17 tahun. Sumber stress dalam bekerja datang karena kapasitas pekerjaan, jauh dari keluarga, konflik rekan kerja serta pengelolaan waktu, uang juga kesehatan fisik. Hal yang dilakukan ketika stress mendekatkan diri kepada Tuhan, mencari aktivitas peralihan salah satunya olah raga, bercerita dengan keluarga, menyendiri hingga menangis.

“Adapun faktor penting untuk keberhasilan bekerja berdasarkan survey adalah dukungan dari keluarga, lingkungan kerja yang baik, spiritual, karakter individu dan penghasilan dari pekerjaan.”, ujar Dr. Yudiana Ratna Sari, M.Si., Psikolog.

Acara tersebut ditutup dengan sesi tanya jawab dan dilanjutkan webinar konseling bagi hakim yang hadir secara luring.